Daritadi.com Metro — Melihat luasan wilayah Kota Metro yang kecil serta kepadatan penduduk, pola pertanian yang dapat diterapkan adalah urban farming. Urban farming sendiri, adalah pola pertanian perkotaan dengan mengoptimalkan lahan, untuk tercapainya ketahanan pangan.
Pemerintah Kota Metro sendiri, dikomandoi Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kota Metro sudah melakukan berbagai inovasi terhadap urban farming di Kota Metro ini.
DKP3 Kota Metro bahkan menyiapkan sirkulasi ekonomi dari para pelaku urban farming ini, dari hulu hingga ke hilirnya kepada petani urban farming.
Di hulunya, DKP3 Metro kerap memberikan bantuan, baik berupa benih, peralatan tanam, hingga pupuk. Di hilirnya DKP3 Metro menyiapkan Pasar Tani Agro Ceria, sebagai tempat penjualan produk produk pertanian hasil urban farming Kota Metro.
Kepala DKP3 Kota Metro, Heri Wiratno, membeberkan selama ini program program penguatan urban farming di Kota Metro sudah dilakukan. Bahkan urban farming ini sudah didorong melalui Peraturan Walikota Metro, Nomor 31 tahun 2023 tentang Optimalisasi Lahan Kosong.
“Program yang kami jalankan meliputi gerakan tanam pangan keluarga (Gertapaga), pemanfaatan limbah pertanian melalui kegiatan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO), serta pengembangan lahan pekarangan oleh kelompok wanita tani,” kata Heri saat ditemui di ruang kerjanya, 14/9/2024.
Terkait inovasi urban farming, bukanlah hal baru bagi DKP3 Kota Metro, berbagai metode sudah disosialisasikan kepada para pelaku urban farming dan hasilnya cukup baik. Inovasi tersebut diantaranya, metode pertanian hidroponik hingga metode ternak bioflok, hingga budidaya ikan dalam ember.
Heri menyebut, salah satu binaannya melalui program Petani Milenial, telah berhasil memasarkan hasil pertanian hidroponiknya hingga luar Kota seperti Bandar Lampung.
Berkat inovasi dan dukungan dari DKP3 Kota Metro, berbagai urban farming di Kota Metro terbukti sukses. Salah satunya adalah penghasil susu kambing etawa Telaga Rizki di Yosodadi. Dengan pemanfaatan lahan sempit, namun bisa menghasilkan susu kambing cair maupun bubuk berkualitas dengan pasar ke seluruh wilayah Indonesia.
Selain urban farming, Heri menyebut DKP3 Metro juga sudah memfokuskan pada pengolahan hasil pertanian di samping produksi. Sehingga, produk urban farming memiliki nilai jual yang tinggi di masyarakat.
“Metro memang bukan daerah produksi pertanian utama, tetapi kami berupaya mengolah hasil pertanian ini menjadi industri baru, sehingga warga Metro menjadi agen-agen industri ini. Produk-produk pertanian dari wilayah sekitar seperti Lampung Timur dan Lampung Tengah juga bisa kami kemas menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang dapat meningkatkan ekonomi warga Metro juga,” ujarnya.
Pasar Tani Agro ceria, yang diciptakan oleh DKP3 Kota Metro dan disupport para pelaku Urban Farming juga terbukti telah berjalan lebih dari tiga tahun. Pasar kaget ini menjadi tempat bagi petani untuk menjual hasil urban farming.
“Pasar Tani Agroceria menjadi sumber pendapatan baru bagi para petani di Kota Metro. Kendati demikian, kami berharap ke depannya, petani dapat lebih mandiri tanpa banyak intervensi dari dinas, sehingga Pasar Tani Agro Ceria ini, mampu bergerak dengan mandiri,” tutur Heri.(ADV)